Jumat, 25 November 2016

The Saints










Rulebook Flag Football 2015

Halo guys !

Buat temen-temen yang pengen tau detil peraturan Flag Football,
bisa liat Rulebook di bawah ini :

IFFA Rulebook 2015

Kode Morse : Jembatan Keledai

Teman-teman belajar sandi morse tapi susah menghafal ?

Jangan khawatir ! Untuk mempermudah teman-teman, bisa menggunakan jembatan keledai di bawah ini :

Petunjuk : Kata-kata di bawah memiliki huruf vokal. Huruf vokal O berarti - (strip), dan selain O berarti . (titik)  

A : Ano
B : Bonaparte
C : Coca-cola
D : Dolanan
E : Es
F : Fanta-cola
G : Golongan
H : Himalaya
I : Ini
J : Jagoloro
K : Komando
L : Limolase
M : Motor
N : Nota
O : Omongo
P : Pertolongan
Q : Qomoqaro
R : Rasohe
S : Sahara
T : Tong
U : Unesco
V : Vivajambon
W : Winoto
X : Xoxendero
Y : Yosimoto
Z : Zoroaster

Video Pelajaran

Halo teman-teman !

Teman-teman yang masih SMP atau SMA, apakah mengalami kesulitan dalam belajar ?

Mungkin teman-teman susah belajar karena buku-buku sekolah yang banyak tulisan dan sulit dibaca ?

Nah, penulis mau menawarkan solusi yang menarik buat teman-teman nih...

Daripada membaca buku yang tebel dan mbosenin, mending belajar lewat YouTube !

Ya, di YouTube, sebenarnya teman-teman bisa mencari banyak materi pelajaran.
Nah, salah satu rekomendasi penulis adalah mencari video di salah satu channel, yaitu CrashCourse

Di Channel ini, ada berbagai materi dari berbagai mata pelajaran yang dipelajari di seklah dengan materi yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah, mulai dari Biologi sampai Kimia.

Bukan hanya mata pelajaran, bahkan bidang-bidang lain seperti psikologi, anatomi, sejarah, filsafat, bahkan tentang game, semua ada di sini !

Penasaran ? Kunjungi aja channel CrashCourse !

Selamat Belajar ! 

Cerpen : Bulan Yang Sama



Karya : Lidwina Sabina Ayke
 

“Hai, tumben dateng pagi”
Aku menyapanya saat kami berpapasan di ambang pintu kelas. Kepalanya tertunduk. Niatku untuk meninggalkan kelas pun pudar. Aku mulai mengamatinya dari ambang pintu. Dia berjalan menuju tempat duduk favoritnya. Pojok kiri belakang. Langkahnya  Dia melepas tasnya dari pundaknya dan menjatuhkannya di samping tempat duduknya. Aku hanya bisa memandanginya dari ambang pintu.
“kamu kenapa? Belakangan ini pagi-pagi udah cemberut aja. Eh malem ini purnama lho. Mau nginep rumahku nggak?”
Ekspesi murung itu langsung berubah menjadi riang sketika. Senyuman menghiasi wajahnya yang munggil. Matanya yang menatapku dengan penuh harap. Aku berjalan dari ambang pintu mendekatinya.
“gitu dong senyum dari kemaren murung terus. Ada apa sii?”
Senyum itu tiba-tiba berbalik menjadi murung seperti sebelumnya. Ada perasaan bersalah yang hinggap di dadaku. Aku menyesal menanyakan itu padanya. Mungkin seharusnya aku menunggunya sampai dia siap bercerita padaku. Menunggu hingga waktunya tiba.
***
Namanya Ratu. Dia sahabatku sejak aku SD. Ibunya sangat baik padaku begitu juga ibuku padanya. Aku sering kali merasa diperlakukan seperti anak kangdung oleh ibunya. Aku  masih menjadi sahabat terdekatnya walaupun hatiku sering jatuh saat dia memberi perhatian lebih padaku. Mungkin baginya perhatian itu wajar. Tapi bagiku itu merupakan sebuah harapan.
“Bunda, nanti Ratu jadi nginep disini.” Ucapku setengat berteriak dari ruang tempat bersantai
“Ciee kakak.” Ledek  ibuku dari dapur.
***
Entah ini jam berapa. Aku tidak terlalu peduli pada waktu jika purnama tiba. Aku terus memandanginya tanpa henti. Cahayanya membawa imajinasiku terbang bebas. Keindahannya membuatku terpikat. Seluruh bebanku seketika hilang diganti dengan rasa damai yang memenuhi pikiranku.
“ Kamu kenapa suka bulan?” tanyaku memecah keheningan.
“Gatau sii pastinya. Tapi dulu waktu aku kecil, ayah selalu ajak aku liat bulan kayak gini. Bahkan biasanya kami ketiduran di sini. Mungkin dengan ngeliat bulan bisa ngobatin kangenku sama ayah. Kalo kamu sediri kenapa suka bulan?” Tanyanya sambil memandangku.
Tanpa sengaja mata kami bertemu untuk beberapa detik. Aku merasa dunia berhenti berputar sejenak. Jantungku berdetak cepat. Aku mengamati mata coklat itu dan aku jatuh hati. Bibirku terasa membisu. Ingin kujawab pertanyaannya tapi mulutku seperti terkunci rapat. Tenggorokanku juga terasa membeku. Tidak dapat mengucapkan satu katapun. Aku kemudian memalingkan wajahku. Kami tidak lagi saling bertatap.
“Gatau kenapa ya, tapi aku tu ngerasa dapet energy baru tiap kali aku liat bulan. Entah itu bulan purnama atapun bukan. Aku ngerasa semua bebanku tu hilang seketika kalo aku liat bulan. Apalagi kalo kayak malem ini nii. Bulannya bulet. Sinarnya terang. Terus dihiasin awan tipis kayak male mini. Rasanya tu sayang kalo ngelewatin bulan purnama walau cuma kelewat sekali aja.” Jelasku.
Malam itu kami berdua tertidur pulas dengan angina malam yang sejuk. Di atas rerumputan hijau dan beratapkan langit malam yang dihiasi cahaya purnama. Dengan orang yang selalu bisa merubah moodku menjadi lebih baik.
***
“Yudha. Puranama nii nginep rumahmu yaaa. Atau mau ke rumaku. Ehh rumahku aja” pintanya dengan semangat yang membara.
Malam ini purnama. Seperti biasanya, kami selalu menyempatkan untuk memandangi bulan walaupun hanya sebentar. Hal ini selalu kami lakukan setiap bulan sejak kami duduk di  kelas 5 SD. Dulu kami bermain terlebih dahulu. Baru setelah kami kelelahan, kami merebahkan badan kami di rumput hijau di halaman rumah. Dan lama kelamaan pasti kami tertidur dan akan terbangun keesokan harinya.
“ Eh yud” ucapknya sambil mengguncang-guncangkan tubuhku.
“ Apa Ratu” ucapku tenang dengan senyum yang kata orang memberikan keteduhan,
“Aku mau ngomong ntar di tagih ya. Ntar aku lupa lagi. Hehe” ucapnya nyengir
Senyumnya selalu membuatku jatuh hati. Matanya yang selalu menatapku lekat seakan-akan berbicara bahwa dia memiliki persaan yang sama denganku. Ah mungkin hanya hayalanku saja. Aku tidak mau banyak berharap walaupun jelas dia memberi harapan padaku.
***
Mungkin ini saatnya aku mengatakan padanya. aku tidak mau menundanya lagi.
“Yud, kalo aku pergi gimana?” ucapku memecah keheningan malam itu
Dia hanya terdiam. Terfokus pada lingkaran putih yang memancarkan sinar yang menerangi malam itu. Ekspresinya sama sekali tidak berubah. Apakah apa dia tidak memperdulikan keberadaanku? Apakah dia tidak akan kehilanganku bila aku tidak aa? Pertanyaan itu memenuhi otakku sampai akhirnya kurasa jemariku menyentuk sesuatu yang hangat. Lama kelamaan benda it uterus bergerak mengisi bagian kosong dalam telapak tanganku. Dia menggenggam tanganku.
Aku tidak dapat berucap apapun. Mulutku sanggat kaku untuk digerakkan. Akhirnya aku memutuskan untuk terus memandang langit mengamati cahaya putih itu. Berharap semoga ini bukanlah terakhir kalinya aku harus bertemu dengannya.
“Minggu depan aku harus berangkat ke Austria. Maaf ya aku ninggal kamu. Aku kayaknya bakal lama deh di sana. Banyak hal yang harus aku lakuin di sana. Dan kayaknya aku bakal pindah”
Genggaman itu mencengkram semakin erat. Aku bisa merasakan rasa kehilangan yang dia rasakan. Rasa itu juga memenuhi dadaku malam ini. Aku tak sanggup mengakhiri malam ini,
“Dan setelah ayah, kamu yang bakal pergi?” tanyanya dengan wajah murung yang membayangi wajahnya.
Aku hanya bisa terdiam
“Terus siapa yang bakal nemenin aku nikmatin purnama? Please jangan pergi. Aku butuh kamu. Aku takut aku ga bisa ketemu kamu lagi”
Kata-katanya membuatku luluh. Aku sebenarnya tidak ingin meninggalkannya. Tetapi aku harus pergi. Aku tidak tega bila ibuku harus tinggal sendirian di sana.
“Selama kita masih nikmatin cahaya dari bulan yang sama, aku yakin kalo kita bakal ketemu lagi” ucapku diikuti dengan linangan air mata.
***
Sudah 3 taun dia pergi. Malam ini purnama dan seperti biasa aku hanya bisa memandanginya dari jendela kamarku. Selain aku sudah tidak punya waktu untuk berbaring, aku juga tidak ingin membiarkan diriku telarut oleh rasa kehilangan.
Aku merindukannya. 3 tahun aku memandangi benda bulat bercahaya itu sendirian. Aku selalu teringat tentangnya dan ayah jika aku menikmati sinarnya. “Cahaya bulan tu bisa bikin imajinasiku kemana-mana”. Aku mengingat pernyataannya. Dan benar, imajinasiku melayang membayangkan kejadian-kejadian indah yang menjadi kenanganku tentang dia.
***
Sinarnya masih sama dari hari ke hari. Dari pertama kali aku menikmati dengan ayah. Dan pertama kalinya aku menikati dengannya. Dan malam ini. Sinarnya masih sama indahnya. Masih membuatku tenang
Malam itu aku menikati sinarnya dari jembatan yang ada di dekat rumahku. 8 tahun telah berlalu sejak kepergiannya. Jangankan salam, kabarpun tidak ada. Aku merindukannya. Kali ini aku menikmati purnama ditemani dengan kameraku. Beberapa tahun terakhir ini dia yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Kadang aku berandai-andai jika saja Ratu yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Tapi… entahlah. Aku kehilangan dia
“Hai tumben bawa kamera” ucapnya riang ke padaku.
Gadis itu cantik dengan kemeja warna maroon dan celana jeans yang sobek di sana sini seperti model kekinian. Senyumnya masih seperti dulu. Terbingkai dengan wajahnya yang mungil. Dia adalah yang selama ini aku tunggu. Dan sesuai dengan harapanku malam itu, sejak saat itu dia menemaniku kemanapun aku pergi.

 ***

Senin, 14 November 2016

Macan Perak 161

JB juga punya sesuatu yang unik lhoo...

Macan Perak 161 di ajang DBL 2016


Meski muridnya cowok semua, JB juga punya tim dance yang sangat terkenal di Yogjakarta loh! Tim bernama Macan Perak 161 ini selalu tampil mendukung perwakilan sekolah yang bertanding. Nah, karena satu sekolah isinya cowok semua, otomatis tim dance-nya pun cowok semua. 

Meskipun begitu mereka bener-bener nggak punya malu loh. Bahkan di ajang DBL Jogja tahun ini mereka tampil dengan kostum daster ala ibu-ibu. Dari yang penulis tau, Macan sendiri diambil julukan mereka Macan Demangan dan Perak memiliki kepanjangan pemandu sorak. Sedangkan 161 sendiri dambil dari alamat sekolah mereka Jl. Laksda Adisucipto 161, Yogjakarta.

Ekstrakulikuler Flag Football SMA Kolese De Britto "The Saints"

Ngomongin soal ekstrakulikuler yang menarik, ekskul di JB tidak kalah menariknya lhoo....Hal tersebut dikarenakan JB mempunyai ekskul yang menarik dan unik yaitu flag football.

Mungkin banyak yang belum mengetahuinya karena ekskul flag football ini juga tergolong masih baru di JB.

Kalian tau flag football? Ya, flag football juga termasuk olahraga baru di jogja. Cara mainnya sih 11 12 lah sama American Football bedanya yang ini lebih safety.

Nah, De Britto punya tim flag football namanya "The Saints". The Saints sudah berdiri kurang lebih 5 tahunan. Bisa dibilang tim flag football SMA Kolese De Britto Yogyakarta adalah tim terbaik SMA di Yogyakarta ( menurut penulis :p ). Penulis bilang gitu soalnya tim FF JB udah menangin banyak event pertandingan kayak Yogyakarta Bowl, High School Competition, dan lainnya.


The Saints meraih juara 3 pada event National High School Competition II : Battle of Reunion


Banyak yang bilang kalau tim flag football JB itu kental dengan persaudaraannya dan tingkahnya yang... ya kalian taulah :v

 Berikut foto-foto yang bisa penulis share

Foto bersama MVP



Bisa dilihat sendiri muka-muka ceria di wajah mereka. 

Penasaran? Pengen nyoba main flag football? Dateng aja tiap hari Minggu pasti ada latian kok di Grha Sabha Pramana di UGM jam 8 nan. Seru kok dijamin puas :v
Oiya, tim FF JB juga terbuka lho buat siapa saja



Minggu, 13 November 2016

Keunikan Dari Sekolah Khusus Cowok SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Setelah capek ngrobolin tentang sejarah SMA Kolese De Britto, kali ini kita ngobrolin tentang keunikan-keunikan yang ada di JB. Gimana jadinya kalau sekolah kalian homogen? Apalagi yang isinya cowok semua. Kalian mungkin bakal kepikiran kan tiap hari sekolah nggak liat lawan jenis. Pasti dipikiran kalian membosankan dan kalian mungkin juga ada yang mikir kalau di JB sering tawuran. Sebagai satu satunya sekolah di Yogyakarta yang semua muridnya cowok, JB punya banyak keunikan yang nggak dimiliki sekolah lain.

1. Rambut Gondrong


Siswa Kelas 12 Debritto '17

Bosen rambut pendek terus di SMA? Debritto tidak mengikat siswanya untuk berambut pendek. Siswa JB diperbolehkan berambut panjang atau yang lebih kita kenal dengan sebutan gondrong. Disini, kalian bisa memanjangkan rambut sepanjang-panjangnya. Tapi, kalau kalian udah memutuskan buat berambut gondrong, kamu harus mampu mempertanggungjawabkan semua kegiatan dan perbuatanmu di sekolah. 

2. Baju Bebas Saat Sekolah


Siswa Kelas XI IPA 1 Debritto '18

Di JB kalian bakal ngerasain jadi anak kuliahan gitu karena di JB seragam sekolah hanya diwajibkan setiap hari Senin saja. Jadi hari Selasa sampai Sabtu boleh pakai baju bebas, selama bajunya sopan dan berkerah serta bercelana panjang dan bersepatu minimal sepatu sendal. Kebijakan ini dibuat supaya anak yang nggak mampu tetap bisa sekolah tanpa harus terbebani biaya seragam. Anak JB juga jadi nggak terbebani lho gara-gara mikirin jadwal seragam yang harus dipake. Mereka bebas berkreasi dengan style mereka.

3. “JB Mania” Suporter De Britto



Pernah liat pertandingan tim basket De Britto nggak? Kalau liat kalian pasti liat kumpulan anak JB pakai baju hitam lagi supporteran. Ya, supporter JB dengan dresscode-nya yang khas yaitu hitam pasti selalu meriah. Kalau soal supporter, De Britto nggak bakal kalah. Semua angkatan pasti datang untuk mendukung. Kalau urusan supporter, De Britto punya nama yang juga udah terkenal di Yogyakarta, yaitu JB Mania. Gimana enggak, cuma JB mania lah suporter sekolah yang isinya penuh cowok-cowok berambut gondrong. Suporter yang udah terbentuk sejak tahun 2009 ini selalu tampil mendukung setiap pertandingan olahraga yang diikuti De Britto. Saking hits-nya komunitas suporter ini, nggak jarang loh sekolah lain ikutan join buat jadi suporternya De Britto. Tak jarang tribun gor dipenuhi dengan supporter De Britto.

Sebenernya banyak banget sih keunikan-keunikan yang ada di Debritto seperti ekskulnya dan makrab yang sering dilakukan anak JB dengan anak stece.

Malam Keakraban (Makrab)

Yak, kali ini kita ngobrolin soal makrab anak JB (sebutan untuk SMA Kolese De Brito) dengan Stece (sebutan untuk SMA Stella Duce 1). Apa sih makrab? Kalian mungkin ada yang belum tau apa itu makrab sebenernya.

Jadi, sebenernya Makrab bukan acara resmi sekolah tapi acara yang diadakan antar kelas. Misalnya, kelas XI IPA 1 De Britto ingin mengajak Makrab dengan XI IPA 1 Stece, maka nanti anak dari kelas XI IPA 1 tinggal mengajak kelas XI IPA 1 Stece bisa lewat media sosial atau jika ketemu langsung dengan salah satu siswa kelas tersebut. Jika kedua kelas sudah sepakat untuk mengadakan Makrab, maka nanti akan dibentuk panitia untuk membicarakan dan  mendiskusikan apa saja kegiatannya, mau dimana tempatnya, biayanya, waktu Makrabnya, dan lain-lain.

Dari pengalaman penulis yang udah pernah ngerasain yang namanya makrab, makrab sangat berguna untuk menambah pertemanan apalagi nambah gebetan :p
Namanya juga Malam Keakraban jadi ya kegiatannya pasti di malam hari dan acaranya itu bertujuan untuk mengakrabkan diri dengan yang lainnya.
Anak JB kebanyakan mengadakan makrab dengan sekolah homogen lainnya kayak Stece, Stero, dan Stama biar lebih enak apalagi bisa kenalan sama banyak cewek :v

Berikut bukti-bukti dari kegiatan makrab yang telah diikuti oleh penulis :




Diakhir acara makrab biasanya diadakan sesi foto-foto seperti ini. Enak ya kan :p


Makrab XI IPA 1 JB dan Stece


Ini adalah salah satu game yang bertujuan untuk ice breaking ! Seru kan :))




Kalian belum pernah nyoba? Penasaran gimana keseruan makrab? Ajak kelas kalian buat ngadain makrab, dijamin ketagihan :p
Makrab tidak harus dengan sesama sekolah yang homogen kok, kalian bebas memilih mau makrab dengan siapa asalkan tujuannya positif.


Sejarah SMA Kolese De Britto

SEJARAH

Masa-masa awal SMA Kolese De Britto saat masih berlokasi di Kidul Loji























SMA yang lebih dikenal dengan nama De Britto atau “JB” (kependekan dari Johanes De Britto) ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Bermula dari suatu kebutuhan mendesak waktu itu. Sesaat setelah pemerintah pendudukan Jepang mencabut peraturan yang melarang pihak swasta mendirikan sekolah, para Bruder CCI bersama suster-suster Carolus Borromeus dan Fransiskanes mendirikan sebuah sekolah menengah katolik, setingkat SMP. Untuk menampung lulusan SMP itulah dirasa mendesak adanya sebuah sekolah menengah atas yang bersendikan asas-asas katolik. Atas persetujuan bersama Yayasan Kanisius di bawah pemimpin Romo Djojoseputro dengan para romo Jesuit dan para suster Carolus Borromeus didirikanlah Sekolah Menengah Atas Kanisius, yang dibuka secara resmi pada tanggal 19 Agustus 1948. Murid angkatan pertama adalah campuran putra-putri berjumlah 65 orang. Waktu itu tempatnya menumpang di ruang atas SMP Bruderan Kidul Loji. Tidak lama setelah diresmikan, jabatan pemimpin sekolah yang semula (untuk sementara) dipegang Romo B. Sumarno, S.J. diserahkan kepada Romo R. van Thiel, S.J. Karena situasi sosial politik yang ada, sekolah yang baru berlangsung lima bulan itu akhirnya bersama-sama sekolah lain ditutup karena clash kedua tentara Belanda pada tanggal 18 Desember 1948. 


Patung Santo John Debritto

Setelah keadaan tenang, persiapan untuk mulai mengadakan kegiatan sekolah segera dilaksanakan. Bagian putri sudah bisa memulai kegiatan sekolah lagi pada bulan Agustus 1949, sedangkan bagian putra baru dapat dibuka pada bulan Oktober 1949, mengingat banyak pemuda yang baru pulang dari medan perang. Ketika sekolah dibuka kembali, bagian putra dan putri mulai dipisahkan. Bagian putra yang kemudian menempati gedung di Jalan Bintaran Kulon 5 ini diasuh oleh para romo Jesuit, dan memakai nama SMA Santo Johanes De Britto. Bagian putri di bawah asuhan para suster Carolus Borromeus, menempati gedung di Jalan Sumbing 1 (sekarang Jalan Sabirin). Mereka memakai nama SMA Stella Duce yang berarti Bintang Penuntun.

Sampai saat itu SMA Johanes De Britto belum mempunyai lambang. Oleh karena itu, pada tahun 1951 sekolah mengadakan lomba mencipta desain lambang SMA Johanes De Britto dan yang berhasil menjadi pemenang adalah R. Nawawi Hadikusumo, siswa SMA Johanes De Britto tahun 1949 – 1951.



Semenjak awal perkembangannya SMA Kolese De Britto sebagai suatu kolese, lembaga pendidikan yang dikelola Jesuit senantiasa mengalami keterbatasan / kekurangan tenaga Jesuit. Salah satu jasa Romo Schoonhoff, S.J. sebagai rektor kolese (mulai tahun 1956) adalah kegigihannya mempertahankan SMA Kolese De Britto ketika hendak ditutup sebagai kolese dan kemudian akan diserahkan kepada awam. Alasan penyerahan kepada awam adalah karena pada waktu itu tidak tersedia cukup tenaga Jesuit untuk diserahi tugas di SMA. Salah satu argumen yang diajukan Romo Schoonhoff, S.J. kepada Pater Jenderal (pemimpin Jesuit tertinggi) di Roma adalah bahwa dari SMA Kolese De Britto ini setiap tahun ada beberapa eks alumnusnya yang mendaftar ke seminari. Di samping itu, ada fakta yang tidak boleh diabaikan, yaitu bahwa dari kolese ini sudah banyak dihasilkan imam baik Jesuit maupun Projo atau tarekat lain. Selain Romo G. Schoonhoff, S.J. Bapak L. Subiyat juga merupakan tokoh yang sangat berjasa dalam memperjuangkan kelangsungan SMA Kolese De Britto sebagai sebuah kolese.



Ketika jabatan rektor dipegang oleh Romo J. Oei Tik Djoen, S.J. pada tahun 1973, di SMA Kolese De Britto dicanangkan pendidikan bebas. Konsep pendidikan bebas ini merupakan jawaban terhadap keadaan masyarakat yang kurang bisa menerima pendapat yang berbeda dari pendapat umum, khususnya sekitar tahun 1960-1970. Masyarakat lebih mementingkan penampilan luar daripada motivasi dari dalam. Para pendidik di SMA Kolese De Britto merasa bahwa para siswa harus berpendapat sendiri. Keberhasilan pendidikan bebas itu tidak bisa dilepaskan dari peran empat serangkai, yaitu Romo J. Oei Tik Djoen, S.J., Romo G. Koelman, S.J., Bapak C. Kasiyo Dibyoputranto, dan Bapak L. Subiyat. Empat serangkai itu pada tahun 1971 diperkuat oleh Bapak Chr.Kristanto yang diangkat menjadi wakil kepala sekolah dan Bapak G. Sukadi yang banyak berperan dalam kegiatan siswa.